Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Analis Kebijakan di Setda Provinsi Papua, Martha Mandosir saat menjadi pemateri dalam diskusi Seri Podcast 1 yang bertajuk ‘Perempuan Hutan Lestari di tanah Papua’, Rabu (25/8).

Terus Jaga Hutan Tetap Lestari, Analis Kebijakan: Perempuan Papua Luar Biasa



Berita Baru, Jakarta – Analis Kebijakan di Setda Provinsi Papua, Martha Mandosir mengatakan bahwa peran perempuan Papua dalam memberikan inisiatif untuk menjaga hutan tetap lestari sangat luar biasa.

“Perempuan Papua punya inisiatif yang luar biasa. Dia memang tidak bisa menebang kayu yang besar, tapi dia bisa membuka lahan yang secukupnya untuk menanam,” tegasnya, dalam diskusi Seri Podcast 1 yang bertajuk ‘Perempuan Hutan Lestari di tanah Papua’, Rabu (25/8).

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) bekerja sama dengan The Asia Foundation (TAF) ini, Martha juga menjelaskan bahwa perempuan merupakan pelaku utama dalam pemanfaatan sumber daya alam.

“Dalam menghidupi keluarga, mereka mengelola dan menjaga hutan. Mereka mengelola tidak jauh dari rumahnya yang tidak jauh dari hutan. Mereka pasti berkebun dengan luasan yang kecil tapi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan itu, konsep makan secukupnya itu yang masih kami pakai di Papua,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dalam Podcast yang ditayangkan langsung di kanal Youtube Asmat Papua Official, Youtube Beritabaruco, dan Facebook Beritabaru.co ini Martha juga menegaskan peran utama perempuan dalam ekonom-sosial-budaya Papua, tentu tidak lepas dari adat.

“Memang, perempuan tidak terlalu banyak mendapat prioritas terangkat ke permukaan. Perempuan itu cukup kerja di dapur, artinya dia mencari makan di hutan, menanam di hutan, mengambilnya dari hutan, lalu membawanya ke rumah,” katanya.

Akan tetapi, menurut Martha, justru peran itu yang kemudian menghantar para perempuan Papua terus berkembang dan membangun sebuah konsep bahwa ternyata kita punya peran besar untuk turut melestarikan hutan.

“Itu konsep turun temurun, dia tidak membongkar hutan secara luas, tapi menjaga dan melestarikan,” ungkapnya.

Martha juga mengaku dalam hubungannya dengan peran lak-laki, perempuan itu lebih peka untuk melihat sesuatu, baik atau tidak baik untuk kehidupan mereka ke depan.

“Laki-laki itu mendukung perempuan. Saya bangga pada Papa saya. Begitu menghormati istrinya, dan betul-betul menghargai istrinya. Di tahun 60an-70an, kadang kita ada di kebun sagu, di kebun kangkung, kadang di laut. Lha, di situ ada Papa dan ada Mama. Di situ Laki-laki mendukung sekali perempuan itu,” terangnya

Karena itu, hingga kini, Martha mengakui bahwa para perempuan di Papua masih menganut filosofi bahwa Hutan itu Mama. Saat perempuan di hutan, dia menganggap itu adalah dirinya. Dia terus memberi, tumbuh dan menghasilkan, buahnya diambil, ibaratnya seperti air susu ibu yang tidak akan berhenti berproduksi untuk masa depan.

“Saat ada investasi, laki-laki mengatakan setuju. Tetapi ada seorang perempuan yang menangis, Dia pasti berteriak: Jangan! Kamu jangan kasih, karena hutan itu akan jaga kita orang. Kamu kasih, tapi sedikit. Nanti kamu susah di kemudian hari,” pungkasnya.