Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Demokrasi Indonesia

Cak Imin: Demokrasi Indonesia Menghadapi Tantangan dari Kekuatan Oligarki



Berita Baru, Medan – Pengamat Demokrasi Indonesia, Surya Nita mengatakan dinasti politik di Indonesia telah melahirkan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) sehingga gagal menerjemahkan demokrasi pancasila atau demokrasi kerakyatan dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Hal itu disampaikan Nita, di tengah-tengah peluncuran buku ‘Mata Air Indonesia Maju: Kumpulan Gagasan untuk Cak Imin‘ yang digelar Rumah Politik Kesejahteraan (RPK) di Foodcourd Garuda Medan, hari Minggu (19/06).

Menurut Nita, demokrasi Indonesia ke depan butuh sosok pemimpian yang mau dan bisa menarik diri dari lingkaran oligarkisme.

“Dibutuhkan pemimpin yg bebas dari praktek oligarki.” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar dalam sambutan tertulisnya menyebut sumber daya Indonesia perlu dikelola secara bersama dan bukan hanya dikuasasi oleh korporasi dan monopoli oligarki.

“Demokrasi Indonesia menghadapi tantangan luar biasa dari kekuatan oligarki,” tulis Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Menurut pria yang akrab disapa Cak Imin tersebut, Indonesia di masa depan harus merawat dan memperluas semua skema dan cara serta institusi sosial yang ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

“Harus ada panduan dan langkah baru dalam politik Indonesia ke depan untuk menghentikan kesenjangan-ketimpangan sosial ekonomi. Kita ingin politik yang inklusif, kemajuan untuk semua dan untuk seluruh warga Indonesia tanpa diskriminasi,” pungkasnya.

Orientasi Pembangunan Nasional Bermasalah

Menyambung pernyataan Cak Imin, Pengamat Politik Rocky Gerung juga turut memberikan kritik tajam. Hadir sebagai salah satu pembicara, Rocky mengatakan Indonesia butuh terhubung lebih dalam dengan gagasan kemajuan.

“Mulailah dengan buku seperi ini. Supaya bangsa ini terhubung dengan jalan pikiran, bukan hanya dengan jalan tol,” tutur Rocky Gerung.

Wina Chairina, Aktivis yang menangani banyak masalah konflik agrarian di Medan mengutarakan hal senada.

Dalam tanggapannya atas buku “Mata Air Indonesia Maju”, ia menyatakan apresiasi dan pentingnya memetakan masalah-masalah mendasar seperti soal tanah kepada calon pemimpin.

Ia menyebut bahwa program agraria yang dicanangkan selama ini masih lebih dominan berorientasi pada semata pembangunan.

“Belum menyentuh akar dan tujuan yang genuine supaya masyarakat adat, para petani bisa mendapat kesejahteraan melalui redistribusi dan akses yang adil pada sumber-sumber agraria,” jelasnya.

Ada pun aktivis 98 dan pegiat advokasi sosial di Medan, Kristian R Simarmata mengutarakan perbaikan dan pendalaman demokrasi politik sudah berlangsung. Namun beban keadilan ekonomi masih jauh dari harapan yang memuaskan banyak masyarakat.

“Akses dan kesetaraan dalam urusan ekonomi dan kesejahteraan masih belum memuaskan meski reformasi menghasilkan kualitas demokrasi politik yang lebih bebas dan baik untuk warga.” Jelas Kristian yang turut hadir menjadi pembicara forum diskusi tersebut.